HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA
Andilala
Universitas Gunadarma
Ahmad nasher
Hubungan antara Manusia dan Agama
Agama merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Hubungan manusia dengan agama tampaknya merupakan hubungan yang bersifat
kodrati. Agama itu sendiri menyatu dalam fitrah penciptaan manusia.
Terwujud dalam bentuk ketundukan, kerinduan ibadah, serta sifat-sifat
luhur. Manakala dalam menjalankan kehidupannya, manusia menyimpang dari
nilai-nilai fitrahnya, maka secara psikologis ia akan merasa adanya
semacam “hukuman moral”. Lalu spontan akan muncul rasa bersalah atau
rasa berdosa (sense of guilty).
Psikologi modern tampaknya memberi porsi yang khusus bagi perilaku
keagamaan, walaupun pendekatan psikologis yang digunakan terbatas pada
pengalaman empiris. Psikologi agama merupakan salah satu bukti adanya
perhatian khusus para ahli psikologi terhadap peran agama dalam
kehidupan kejiwaan manusia.
Pendapat yang paling ekstrem pun hal itu masih menunjukkan betapa agama
sudah dinilai sebagai bagian dari kehidupan pribadi manusia yang erat
kaitannya dengan gejala-gejala psikologi. Agama menurut Freud tampak
dalam perilaku manusia sebagai simbolisasi dari kebencian terhadap Ayah
yang direfleksi dalam bentuk tasa takut kepada Tuhan. Secara psikologis,
agama adalah ilusi manusia. Manusia lari kepada agama karena rasa
ketidak- berdayaannya menghadapi bencana. Dengan demikian, segala
bentuk perilaku keagamaan merupakan ciptaan manusia yang timbul dari
dorongan agar dirinya terhindar dari bahaya dan dapat memberikan rasa
aman.
Lain halnya dengan penganut Behaviorisme. Sejalan dengan prinsip
teorinya, bahwa Behaviorisme memandang perilaku manusia itu lahir karena
adanya stimulant (rangsangan dari luar dirinya) teori Sarbond (gabungan
dari stimulant dan respon) yang dikemukakan oleh Behaviorisme tampaknya
memang kurang memberi tempat bagi kajian kejiwaan nonfisik. Namun,
dalam masalah perilaku keagamaan, sebagai sebuah realitas dalam
kehidupan manusia tak mampu ditampik oleh Behaviorisme. Perilaku
keagamaan menurut pandangan Behaviorisme erat kaitannya dengan prinsip
reinforcement (reward and punishment). Manusia berperilaku agama karena
didorong oleh rangsangan hukuman dan hadiah. Menghindarkan hukuman
(siksaan) dan mengharapkan hadiah (pahala).
Kesimpulan: Agama memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran
manusia terhadap agama mungkin karena faktor-faktor tertentu baik yang
disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing, namun untuk
menutupi atau meniadakan sama sekali dorongan dan rasa keagamaan
tampaknya sulit dilakukan, hal ini karena manusia memiliki unsur batin
yang cendrung mendorongnya untuk tunduk kepada zat yang ghaib.
Ketundukan ini merupakan bagian dari faktor intern manusia yang dalam
psikologi kepribadian dinamakan pribadi (self) ataupun hati nurani
(consience of man).
Agama sebagai fitrah manusia telah diinformasikan oleh Al-Qur’an. Fitrah
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan
mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak
beragama tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak beragama tauhid itu
hanya karena pengaruh lingkungan, seperti yang ada dalam QS.Ar
Rum:30-31.
Sumber http://sumber-ilmu-islam.blogspot.com/2015/07/hubungan-antara-manusia-dengan-agama.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar