Sabtu, 29 Oktober 2016

Keindahan dan manfaat bagi manusia.


Keindahan dan manfaat bagi manusia

Andilala

Universitas Gunadarma

Ahmad nasher

KEINDAHAN DAN MANFAATNYA BAGI MANUSIA


Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, (meskipun tidak semua hasil seni indahl, pemandangari alam (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, ta13nan, perabot rumah tangga dan sebagainya), suara, warna dan sebagainya. Keindahan adalah identik dengan kebenaran.
Menurut The Liang Gie dalam bukunya “G,a-ris Besar Estetik” (Filsafat Keindahan) dalam bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful”, Perancis “beau”, Italia dan Spanyol “bello”, kata-kata itu ber­asal dari- bahasa Latin “bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi’ ”bonellum” dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis “bellum”.
Selain itu menurut luasnya dibedakan pengertian:
1. Keindahan dalam arti luas.
Selanjutnya The Liang Gie menjelaskan.bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.
. Jadi pengertian yang seluas-Iuasnya meliputi :
· keindahan seni
· keindahan alam
· keindahan moral
· keindahan intelektual.
2. Keindahan dalam arti estetik murni.
Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetik seorang dalam hubungannya dellgan se:gala sesuatu yang diserapnya.
3. Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
Keindahan dalam arti yang terbatas, me~punyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut bendabenda yang dapat -diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna. keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengarnat.
b. Nilai estetik
Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Dalam ”Dictionary of Sociology and Related Science” diberikan rumusan tentang nilai sebagai berikut :
‘”The believed Capacity of any object to saticgy a human desire. The Quality of any object which causes it be of interest to an individual or a group” (Kemampuan yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu kelompok).
Hal itu berarti, bahwa nilai adalah semata-mata adalah realita psikologi yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu (oleh orang) dianggap terdapat pada suatu benda sampai terbukti letak kebenarannya.
Nilai itu ada yang membedakan antara nilai sub yektif dan obyektif,Tetapi penggolongan yang penting ialah:
– Nilai ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (“instrumental! Contributory value”), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu contohnya :Puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik
– Nilai intrinsik
Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri. Contohnya : pesan puisi yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai intrinsik 
MANFAAT KEINDAHAN BAGI MANUSIA
Keindahan dari segi apapun bermanfaat bagi manusia , manfaat bagi pikiran ,perasaan ataupun yang lainnya. Dengan memanfaatkan keindahan manusia dapat berpikir lebih jernih lebih baik lagi. Perasaan pun lebih tenang,nyaman dengan melihat ataupun merasakan keindahan . Salah satu contohnya yaitu jika penduduk kota sedang berlibur biasanya mengunjungi ke tempat hiburan yang mempunyai keindahan yang dapat dinikmati,yaitu seperti berlibur ke tempat wisata-wisata alam . Tujuannya selain untuk melepaskan penat karena aktivitas yang sibuk di kota juga pasti menikmati keindahan yang ada. Itu merupakan suatu yang jarang ditemui di daerah perkotaan dan suatu kepuasaan batin juga bisa menikmati keindahan yang Tuhan berikan kepada alam.
Kesimpulan :
Keindahan itu mempunyai nilai tersendiri dan bermanfaat tentunya .keindahan dapat kita rasakan dan nikmati dimana saja , kapan saja selagi kita memperhatikan keindahan itu sendiri. Tapi, terkadang keindahan – keindahan yang ada di alam ini tercemar ,rusak, ataupun berkurangnya keindahan yang di sebabkan oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Jadi sebagai manusia yang baik sudah seharusnya kita menjaga keindahan,merawatnya dan agar jangan merusak ataupun mencemarinya. Dengan begitu bila keindahan yang ada di alam ini bisa terawat kita dapat menikmati manfaatnya.



SUMBER : https://akudisinidwi.wordpress.com/2010/04/22/manusia-dan-keindahan





 

Sabtu, 22 Oktober 2016

CINTA DAN MANFAATNYA

CINTA DAN MANFAATNYA
ANDILALA
UNIVERSITAS GUNADARMA
AHMAD NASHER



 
PENGERETIAN CINTA

Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.
Manfaat cinta bagi kehidupan:
1. Anda lebih bahagia "Berada dalam suatu hubungan memungkinkan tubuh Anda melepaskan hormon bahagia, yang membuat Anda selalu merasa baik,” kata psikolog klinis asal Mumbai, H'vovi Bhagwagar.

2. Kekebalan tubuh jadi lebih baikJatuh cinta akan memberikan dorongan kekebalan tubuh Anda. "Anda lebih tenang dan berpikiran positif, tentu ini menjadikan Anda tidak rentan terhadap pilek dan batuk," kata H'vovi.

Sementara depresi atau perasaan sedih membuat Anda rentan terhadap serangan virus pilek dan flu.

3. Menghilangkan sakit dan nyeri Berada dalam suatu hubungan yang stabil, memberikan Anda keamanan, sehingga dapat berbagi segala sesuatu yang Anda lewati. "Perasaan ini membantu Anda mengatasi rasa sakit dan nyeri yang lebih baik," kata dr Dhwanika Kapadia.

Pasangan akan memotivasi Anda dan membantu melewati rasa sakit atau nyeri yang menyerang.

4. Meningkatkan konsentrasi Pasangan yang saling mencintai dan peduli memungkinkan Anda memberikan yang terbaik. Hal ini memungkinkan Anda berkonsentrasi pada pekerjaan Anda. Dengan demikian bisa meningkatkan kinerja Anda.

"Ketika Anda bahagia, daya kretivitas akan semakin meningkat,” kata H'vovi. Apalagi jika satu sama lain saling memotivasi, ini akan menjadi hal yang jauh lebih baik. Tak hanya untuk hubungan tapi juga kesuksesan kerja.

5. Siklus haid jadi teraturSiklus menstruasi tergantung pada berbagai hal, seperti kesehatan dan gizi. Stres merupakan faktor penting juga. "Wanita dalam hubungan jangka panjang cenderung merasa tertekan. Namun dengan adanya perasaan cinta yang stabil akan membuat siklus haid teratur," kata H'vovi.

6. Terhindar dari stres Wanita yang sudah menikah atau mereka yang telah memiliki kekasih, kemungkinan merasa cemas atau memiliki masalah sepele sangat sedikit. Mereka tahu bahwa mereka memiliki pasangan yang saling memahami satu sama lain dan merasa saling memiliki.

"Rasa memiliki menjadi sistem pendukung, membantu Anda menangani masalah dengan mudah," kata Dhwanika. Hal ini membuat stres berkurang dan risiko tekanan darah tinggi juga rendah, termasuk ketegangan dan migren.

Jenis cinta yang akan saya contohkan adalah cinta terhadap keluarga.cinta terhadap keluarga.cinta terhadap keluarga adalah saling memiliki  dan merasa sebagai bagian dari keluarga.Saling melengkapi dan memenuhi perannya masing-masing dalam keluarga.keluarga adalah bagian terpenting dalam hidup oleh karena itu di dalam keluarga harus tetap ada dan tidak boleh pudar.
dan ini lah tanda cinta saya terhadap keluarga saya.

kesimpulan:
pada dasar nya manusia diciptakan dengan penuh rasa cinta dari sang pencipta dan itu adalah sebuah anugerah yang di berikan dan cinta juga mempunyai banyak manfaat manfaat bagi kehidupan yang sangat positif seperti kedamaian,
memberikan arti hidup,meredam rasa benci dan hal hal negatif lainnya contoh nya adalah cinta kepada keluarga yanga sangat positif bagi kehidupan karena dapat menyempurnakan hidup karena hidup tanpa keluarga hidup terasa belum sempurna.
sumber:
 life.viva.co.id/news/read/204393-6-manfaat-cinta-bagi-kesehatan.

 

Selasa, 18 Oktober 2016

BUDAYA POLITIK

ANDILALA
UNIVERSITAS GUNADARMA
AHMAD NASHER



Budaya politik parokial ditandai dengan rendahnya minat, wawasan, serta partisipasi masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan politik dan penyelenggaraan pemerintahan. Contoh budaya politik parokial dapat ditemukan pada masyarakat pedalaman yang masih menganut sistem adat dan kepercayaan tradisional yang dipimpin oleh ketua adat dan para tetua. Mochtar Mas’ud dan Colin McAndrews mengklasifikasikan karakteristik budaya parokial sebagai berikut:
  • Ruang lingkup yang kecil,
  • Anggota masyarakat sama sekali tidak menaruh minat pada hal-hal yang berkaitan dengan politik dan pemrintahan,
  • Tidak adanya peranan politik yang bersifat eksklusif,
  • Anggota masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang adanya kewenangan pusat yang dikendalikan oleh pemerintah,
  • Masyarakat tidak memiliki ekspektasi apapun terhadap sistem politik,
  • Sistem politik bersifat afektif.
  1. Budaya Politik Kaula
Berbanding terbalik dengan masyarakat yang menganut budaya politik parokial, masyarakat budaya politik kaula dapat dikatakan memiliki pengetahuan umum terhadap politik dan penyelenggaraan pemerintahan. Hanya saja, partisipasi masyarakat dalam tipe budaya politik ini masih terbilang cukup rendah. Masyarakat yang menganut budaya politik parokial patuh terhadap peraturan pemerintah, namun banyak yang tidak melibatkan dirinya secara langsung dalam kegiatan politik seperti pemilihan umum.
Budaya politik kalula memiliki karakteristik sebagai berikut:
  • Masyarakat sadar akan adanya otoritas dari pemerintah,
  • Masyarakat cenderung patut terhadap aturan apapun yang dibuat pemerintah dan enggan memberikan kritik atau masukan terhadap penyelenggaraan pemerintahan serta pembuatan kebijakan,
  • Sikap masyarakat yang cenderung pasif dalam berbagai kegiatan politik.
  • Tingkat ekonomi dan sosial masyarakat tergolong maju, namun partisipasi dalam kegiatan politik masih rendah.
  1. Budaya Politik Partisipan
Tipe budaya politik yang satu ini dapat dikatakan sebagai budaya politik yang paling ideal di antara tipe yang lainnya. Kesadaran masyarakat terhadap politik dan pemerintahan relatif tinggi dan ditandai dengan partisipasi aktif masyarakat dalam hal pembuatan kebijakan serta pemilihan pemimpin. Masyarakat dalam sistem budaya politik partisipan sadar bahwa sekecil apapun partisipasi yang diberikan masyarakat dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dapat memberikan dampak yang besar bagi keberlangsungan kehidupan bangsa dan negara. Intinya, masyarakat dalam budaya politik kaula menyadari sepenuhnya tentang adanya sistem politik serta otoritas yang mengelolanya. Ciri-ciri budaya politik secara khusus dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
  • Warga sadar akan hak dan tanggung jawabnya sebagai warga negara,
  • Warga cenderung lebih kritis dalam menanggapi setiap kebijakan yang diambil pemerintah dan perilaku para pemegang kekuasaan,
  • Warga sadar bahwa dirinya memiliki kekuatan dan hak untuk menyetujui atau tidak menyetujui suatu kebijakan yang diterapkan pemrerintah.
  • Munculnya keinginan masyarakat untuk turut berperan dalam kegiatan politik, contohya bergabung ke dalam suatu organisasi politik.
  • Hubungan pemerintah dan warga negara dapat dikatakan harmonis

Budaya Politik Indonesia

Budaya Politik IndonesiaBudaya politik yang berkembang di Indonesia cenderung mengarah pada karakteristik budaya politik partisipan pasca diberlakukannya reformasi pada akhir tahun 1990-an. Partisipasi masyarakat di bidang politik cenderung mengalami peningkatan seiring dengan diberlakukannya sistem pemilihan umum secara langsung yang juga menandai demokrasi di Indonesia telah tumbuh dewasa.
Afan Gaffar, salah satu pemuka di bidan sosial dan politik, mengemukakan tiga ciri dominan budaya politik Indonesia, di antaranya adalah:
  1. Adanya Sistem Hierarki yang Ketat
Sistem hierarki umumnya banyak ditemukan pada kelompok masyarakat atau suku yang menganut sistem patriarki seperti masyarakat Jawa. Hierarki pada masyarakat ini ditandai dengan adanya stratifikasi sosial yakni penguasa dan rakyat kebanyakan. Kedua lapisan stratifikasi sosial tersebut dipisahkan oleh tatanan hierarki yang ketat, seperti pola perilaku dan cara berbicara. Para penguasa atau golongan kelas atas dapat menggunakan bahasa yang kasar pada masyarakat golongan kedua. Sebaliknya, masyarakat golongan kedua dituntut untuk dapat mengendalikan tingkah laku dan cara bicara mereka saat berhadapan dengan golongan atas.
  1. Kecenderungan Patronase
Kecenderungan patonase memiliki arti hubungan politik yang bersifat individual; contohnya dapat ditemukan pada hubungan antara patron dan klien. Patron merupakan istilah bagi golongan yang memiliki sumber daya berupa kekuasaan, jabatan, dan materi, sedangkan klien memiliki sumber daya yang berupa tenaga, loyalitas, dan dukungan. Patron memiliki sumber daya lebih besar sebab dapat menguasai klien dan menciptakan ketergantungan pada diri klien atas sumber daya berupa kuasa yang dimiliki patron.
  1. Kecenderungan Neo-Patrimonisalistik
Budaya politik di Indonesia juga menunjukkan adanya kecenderungan ke arah neo-patrimonisalistik yang merujuk pada bentuk eksistensi budaya dan tradisi bangsa di tengah kemunculan ideologi modern seperti demokrasi beserta segala atributnya, salah satunya adalah birokrasi. Ciri-ciri birokrasi modern tersebut di antaranya adalah:
  • Adanya aturan-aturan yang mengatur sistem kerja sebuah organisasi serta perilaku para anggota masyarakatnya,
  • Adanya posisi atau jabatan yang memiliki tanggung jawab dan sanksi tegas,
  • Adanya strukutur hierarkis yang membagi kekuasaan dan wewenang dari posisi paling atas hingga paling bawah,
  • Adanya anggota masyarakat yang dipekerjakan berdasarkan kualifikasi tertentu untuk mengelola organisasi dan segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan.

kebudayaan aceh


ANDILALA
UNIVERSITAS GUNADARMA
AHMAD NASHER


 Hai anak bangsa Indonesia, sudahkah kalian mengenali budaya dari daerah sendiri? Sebelum mengenali budaya dari negara lain, kenalilah dahulu kebudayaan indonesia. Baiklah, berikut ini adalah budaya dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam :
 (Sumber: id.m.wikipedia.org)
 1. Rumah Adat

Rumah adat Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat Aceh dibuat dari kayu meranti dan berbentuk panggung. Mempunyai 3 serambi yaitu Seuramoe Keu (serambi depan), Seuramoe Inong (serambi tengah) dan Seuramoe Likot (serambi belakang). Selain itu ada pula rumah adat berupa lumbung padi yang dinamakan Krong Pade atau Berandang.

2. Pakaian Adat

Pakaian adat yang dikenakan pria Aceh adalah baju jas dengan leher tertutup (jas tutup), celana panjang yang disebut cekak musang dan kain sarung yang disebut pendua. Kopiah yang dipakainnya disebut makutup dan sebilah rencong terselip di depan perut.
Wanitanya memakai baju sampai kepinggul, celana panjang cekak musang serta kain sarung sampai lutut. Perhiasan yang dipakai berupa kalung yang disebut kula, pending atau ikat pinggang, gelang tangan dan gelang kaki. Pakaian ini dipergunakan untuk keperluan upacara pernikahan.

Tari-tarian Aceh

a. Tari Seudati, berasal dari arab dengan latar belakang agama islam. Sebuah tarian dinamis penuh keseimbangan dengan suasana keagamaan. Tarian ini sangat disenangi dan terkenal di Aceh.
b. Tarian Saman Meuseukat, dilakukan  dalam posisi duduk berbanjar dengan ajaran kebajikan, terutama ajaran agama islam.
c. Tarian Pukat, adalah tarian yang melambangkan kehidupan para nelayan dari pembuatan pukat hingga mencari ikan.
d. Tari Rebana, merupakan tari kreasi yang menekankan pada keterampilan memainkan alat musik "rebana" dalam mengiringi gerak-gerak lincah khas Aceh. Tari ini biasa ditampilkan dihadapan tamu-tamu agung.
(Tari Saman, salah satu tarian Aceh)
4. Senjata Tradisional 

Senjata tradisional yang dipakai oleh penduduk Aceh adalah rencong. Wilahan rencong terbuat dari besi dan biasanya bertuliskan ayat-ayat Al Quran. Selain rencong, rakyat Aceh mempergunakan pula pedang dengan nama pedang daun tebu, pedang oom ngom dan reudeuh. Pedang daun tebu dipakai oleh pamglima perang dan reudeuh oleh para prajurit.

5. Suku 

Suku dan marga yang terdapat di Aceh antara lain : Aceh, Alas, Tamiang, Gayo, Ulu Singkil, Simelu, Jamee, Kluet, dan lain-lain.

6. Bahasa Daerah : Aceh, Alas, Gayo, dan lain-lain.

7. Lagu Daerah : Bungong Jeumpa, Piso Surit.

SUMBER : http://www.kebudayaanindonesia.com/2013/05/nanggroe-aceh-darussalam.html
                https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Aceh

Senin, 17 Oktober 2016

Hubungan Budaya dengan Sastra

  Hubungan budaya dengan sastra  

  Andilala

  Universitas Gunadarma

  Ahmad Naser 

 

 

      

HUBUNGAN BUDAYA DENGAN SASTRA
   Budaya dan Bahasa
Ketika berbicara mengenai budaya, kita harus mau membuka pikiran untuk menerima banyak hal baru. Budaya bersifat kompleks, luas dan abstrak. Budaya tidak terbatas pada seni yang sering kali dilihat dalam gedung kesenian atau tempat bersejarah, seperti museum. Tetapi, budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh. Budaya mempunyai banyak aspek yang turut menentukan prilaku komunikatif. Beberapa orang bisa mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain. Hal ini dikarenakan budaya mempunyai keistimewaan sendiri. Budaya masyarakat satu berbeda dengan masyarakat yang lainnya sehingga seseorang harus bisa menyesuaikan perbedaan-perbedaannya. Kebudayaan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.
Ada banyak unsur yang membentuknya budaya, termasuk bahasa, adat istiadat, sistem agama dan politik, perkakas, pakaian dan karya seni. Bahasa merupakan perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi, baik melalui tulisan, lisan ataupun gerakan.
Sebagai perwujudan budaya, bahasa dapat berperan dalam dua hal:
1.       Sebagai alat untuk berekspresi , berkomunikasi, mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
2.       Sebagai alat untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra) , mempelajari naskah-naskah kuno dan mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
   Pengaruh Budaya Terhadap Sastra
Bahasa tidak hanya menuai hubungan dengan budaya, tetapi juga sastra. Bahasa mempunyai peranan yang penting dalam sastra karena bahasa punya andil besar dalam mewujudkan ide/keinginan penulisnya. Banyak hal yang bisa tertuang dalam sebuah sastra, baik itu puisi, novel, roman, bahkan drama. Setiap penulis karya sastra hidup dalam zaman yang berbeda dan perbedaan zaman inilah yang turut ambil bagian dalam menentukan warna karya sastra mereka. Oleh karena itu, ada beberapa periode dalam penulisan karya, seperti Balai Pustaka, Pujangga Baru, Angkatan 45, Angkatan 66 dan sebagainya. Setiap periode mengangkat latar belakang yang berbeda-beda sesuai zaman dan budaya saat itu.
Perbedaan karya sastra setiap periode bukanlah semata-mata karena ide/gagasan dari penulisnya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh kondisi sosial, politik dan budaya yang terjadi pada saat itu. Bahkan, jika kita mau menuntut karya sastra dari awal sampai sekarang dan meneliti lebih dalam mengenai latar belakang ideologi saat itu, kita bisa mendapati bagaimana proses perjalanan Bangsa Indonesia. Meskipun karya sastra di Indonesia bisa dibilang hampir pada posisi tengah, tidak terlalu menonjol dan tidak terpuruk, namun perlu disadari bahwa budaya barat sedikit demi sedikit, dari waktu ke waktu, turut mempengaruhi karya sastra Indonesia. Para peneliti sastra pun menjadi asing dengan dengan tradisi yang dimiliki oleh sejarah panjang sastra di Indonesia, melalui karya-karya sastra yang ada.
Budaya dan sastra mempunyai ketergantungan satu sama lain. Sastra sangat dipengaruhi oleh budaya, sehingga segala hal yang terdapat dalam kebudayaan akan tercermin didalam sastra. Masinambouw mengatakan bahwa sastra (bahasa) dan kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Jika kebudayaan adalah sistem yang mengatur interaksi manusia didalam masyarakat, bahasa (sastra) adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi.
Sebagai contoh, kesusastraan Indonesia. Kesusastraan Indonesia menjadi potret sosial budaya masyarakat Indonesia. Tidak jarang, kesusastraan Indonesia mencerminkan perjalanan serjarah Indonesia, kegelisahan kultural dan manifestasi pemikiran Bangsa Indonesia. Misalnya, kesusastraan zaman Balai Pustaka (1920-1933). Karya-karya sastra pada zaman itu menunjukan problem kultural ketika Bangsa Indonesia dihadapkan pada budaya Barat. Karya sastra tersebut memunculkan tokoh-tokoh (fiksi) yang mewakili golongan tua (tradisional) dan golongan muda (modern). Selain itu, ada budaya lama, seperti masalah adat perkawinan dan kedudukan perempuan yang mendominasi novel Indonesia pada zaman Balai Pustaka. Sekarang ini, novel Indonesia cenderung menyajikan konflik cinta, sains, kekeluargaan, dll..


 tugasibd3.blogspot.com

Kamis, 06 Oktober 2016

Budaya Bali

  Budaya                                                                 

  Andilala

  Universitas Gunadarma

  Ahmad Naser

       PENGERTIAN BUDAYA BALI DI JELASKAN sebagai berikut:

Dari banyaknya pulau yang tersebar di Nusantara, Bali merupakan pulau yang paling terkenal, bahkan lebih dikenal dibanding Indonesia sendiri. Pertanyaan “Indonesia di sebelah mana Bali?” walaupun terkesan sebagai ‘lawakan’, tapi begitulah kenyataan.
Di sebelah barat, Bali dipisahkan dengan Pulau Jawa oleh Selat Bali dan di sebelah timur, dipisahkan dengan Pulau Lombok oleh Selat Lombok. Pulau ini terletak di atas dua lempengan tektonik yang saling tumpang tindih, dan didominasi oleh sederetan puncak gunung berapi dengan ketinggian di atas 2.000 meter. Gunung Agungmasih aktif, dengan ketinggian 3.140 metermerupakan yang tertinggi.


“Pantai Bali”. Foto oleh LaVladina
“Pantai Bali”. 
Bali juga menjadi rantai terakhir dari jajaran pulau-pulau tropis garis imajiner yang menandai pemisahan zona ekologi Asialis dan Australasia.
Di sebelah timur, sepanjang selat Lombok yang memisahkan Pulau Bali dengan Pulau Lombok, konon ada garis imajiner yang membedakan flora dan fauna dari sub-tropis berganti menjadi beragam flora dan fauna Australasia.
Di satu sisi tanah hijau subur, di sisi lain tanah coklat; di satu sisi terdapat kera, dan tupai, di sisi lain terdapat komodo dan kakatua.

Garis imajiner pemisah Australasia dengan Asialis adalah Garis Wallace antara Borneo dan Sulaweis; antara Bali di barat dan Lombok di timur. Tapi garis ini kemudian sedikit dikoreksi dan digeser ke daratan Pulau Sulawesi oleh Weber; Garis Weber.
Pulau para Dewa ini dibelah oleh sungai, kanal, dan juga ngarai yang diselimuti hutan. Lembah dan bukitnya diwarnai hamparan padi. Ujung pantai-pantai yang indah, dengan danau-danau yang mengisi sisa kawah.
Pemandangan alam pulau ini memperlihatkan sebuah tempat yang hampir memadukan khayalan dengan kenyataan. Jangankan manusia, Dewa pun pasti menganggapnya surga.
wacana.co_PulauDewata-Bali
Jumlah keseluruhan penduduk Bali mencapai tiga juta jiwa lebih, meliputi unsur Hindu mayoritas dan unsur Bali Aga minoritas. Yang terakhir kerap dianggap sebagai penduduk Asli Bali.
Konon, status “minoritas” mereka merupakan akibat dari perpindahan penduduk Jawa sejak abad ke-10. Sekarang kelompok-kelompok kecil masyarakat Bali Aga dapat ditemui terutama di bagian timur pulau ini.
Pada abad ke-15 Masehi, ketika kerajaan Majapahit dikalahkan oleh kekuatan kerajaan Islam Demak, ratusan orang Jawa-Hindu dari berbagai kelompok; bangsawan, cendekiawan, rohaniwan, seniman, dan rakyat biasa yang notaben-nya orang-orang setia Majapahit kemudian ramai-ramai mengungsi ke pulau Bali.

Keyakinan Hidup Orang Bali



Ritual upacara menjelang Tahun Baru Saka | Foto dari: ruanghati.com
Ritual upacara menjelang Tahun Baru Saka.
Keyakinan orang Bali merupakan fenomena kompleks yang dilandasi berbagai aspek; Hindu, Siwa, Buda dan berpadu dengan tradisi leluhur. Oleh karena itu penyembahan roh-roh halus, nenek-moyang, dan unsur-unsur alam digabungkan dengan ajaran Hindu.
Dalam beberapa kasus upacara adat dan ritual keagamaan terdapat perbedaan dari satu wilayah dengan wilayah lainnya. Sebagian besar orang bali, hampir 95 %, beragama Hindu, walaupun Hindu yang berbentuk sinkretis; Hindu-Bali atau kadang disebut juga Hindu Dharma.
Salah satu upacara penting di Bali adalah pengabuan. Selama upacara ini berlangsung, gamelan, tarian, dan sesajen menyertai arak-arakan dengan sebuah “menara yang dihias” diarak dari rumah duka ke tempat pengabuan.


“Menuju Pura untuk Perayaan Odalan”. Foto oleh Midori
“Menuju Pura untuk Perayaan Odalan”.
Adat yang rumit ini sudah agak terkikis dengan berlalunya waktu, walaupun masih berfungsi sebagai daya tarik wisata.
Dalam alam keyakinan orang Bali, gunung Mahameru atau Meru mempunyai kedudukan istimewa. Mahameru menggambarkan arti penting sebagai inti dari kehidupan; dari sanalah para Dewa mengatur kehidupan di Bumi. Gunung sebagai kosmos bahkan menjadi unsur yang dominan dalam keyakinan dan arsitektur mereka.


“Ritual Upacara di Pura Besakih”. Foto oleh Davidelit
“Ritual Upacara di Pura Besakih”.
Bagian penting dari ritual keagamaan yang berhubungan dengan gunung di Bali, adalah upacara yang dilakukan di gunung Agung, Sebagai gunung tertinggi dan dianggap sebagai ‘pusat bumi’.
Di kaki gunung Agung terdapat Pura Besakih. Selain perayaan dan upacara tahunan yang diatur oleh kalender keagamaan, di Pura ini juga digelar upacara untuk penyucian alam semesta yang disebut Eka Dasa Rudra, setiap 100 tahun sekali.
Kosmologi dan simbolisasi gunung dalam arsitektur Bali dapat dilihat pada bentuk dan struktur arsitektur Candi atau karakteristik gerbang yang dibuat menyerupai menara ada yang berlekuk menyerupai dua bagian piramida yang terpisah dan menggambarkan dua bagian gunung, satu bagian gunung Agung dan lainnya perwujudan gunung Batur.
Simbol umum lainnya adalah meru; puluhan bahkan ratusan bangunan yang seperti pagoda itu berdiri di tempat-tempat suci, dan di pelataran candi.


“Gapura Pura Besakih”. Foto oleh Xeviro
“Gapura Pura Besakih”.
Bangunan didirikan pada lapisan batu yang memiliki serangkaian bentuk atap menyerupai tumpang piramida itu ditutup oleh daun palem hitam. Jumlah sebelas, jumlah yang ditetapkan atas dasar keyakinan terkait dengan tatanan alam semesta.
Keyakinan, upacara, dan perayaan telah membimbing kehidupan orang Bali dari sejak dilahirkan hingga membentuk paduan yang mencerminkan karakter budaya masyarakatnya.
Peraturan agama tidak hanya mengikat bentuk candi dan pura, tapi juga mengatur tata ruang desa, struktur rumah, dan sederet hak dan tanggung jawab dalam kehidupan mereka di Bumi ini; dari makan sampai menjelang tidur, dari berjalan hingga bertutur.

Kehidupan Sosial dan Budaya Pulau Dewata

Desa merupakan jenis pemukiman utama di Bali. Setiap Desa dihuni oleh 200 sampai beberapa ribu orang. Di sekitar lapangan tengah desa terdapat kuren, kumpulan rumah keluarga yang dibatasi oleh dinding-dinding tinggi.
Setiap kuren dihuni beberapa keluarga yang bersembahyang, memasak, dan makan bersama. Lapangan tengah desa merupakan tempat berkumpul penduduk desa yang menggunakannya untuk kegiatan budaya, pertemuan, sosialisasi, dan sebagainya.
Masyarakat Bali dikelompokkan dalam dua macam, Yang pertamawangsadidasarkan atas keturunan, yakni setiap orang dilahirkan sebagai kaum ningrat atau sudra (juga dikenal sebagai jaba, yang secara harfiah berarti orang luas istana).
Kaum ningrat, berikutnya dibagi menjadi tiga kasta, yaitu pendeta-pendeta (brahmana) bangsawan-bangsawan yang berkuasa (satriya), dan prajurit-prajurit (wesya). Sebagian besar penduduk bali adalah sudra.


“Perempuan Bali Bergotong Royong”. Foto oleh Yves Picq
“Perempuan Bali Bergotong Royong”. 
Penanda sosial kedua didasarkan atas tempat tinggal seseorang dengan sistem banjar yang merupakan tulang punggung tatanan ini.
Di setiap desa mungkin terdapat lebih dari satu banjar, setiap banjar meliputi anggota sekitar lingkungan desa.
Sistem ini berpusat pada pria dan setiap pria Bali diwajibkan menjadi anggota suatu banjar, sedang wanitanya dilarang. Di dalam setiap banjar, seorang anggota dipilih sebagai ketua dan mendapat setidaknya beberapa hak istimewa seperti memperoleh tambahan nasi sewaktu perayaan tertentu.
Sebenarnya, banjar berperan seperti koperasi, lengkap dengan dana bersama, dan bahkan kepemilikan sawah bersama.
Meskipun bergelut dengan hantaman globalisasi dan kerasnya informasi, kebudayaan khas yang telah lama mengakar pada masyarakat Bali tetap kokoh sebagai ciri khas mereka.
Mungkin perubahan terjadi, tapi mereka sepertinya bisa menyelaraskan-nya kembali, beberapa ciri dan cara orang Bali dalam kehidupan sosial dan Budayanya sebagai berikut:
Jatakarma Samskara (Upacara Kelahiran)
Berbagai persiapan harus dilakukan untuk menyambut kelahiran seorang bayi, bahkan persiapan dimulai dari jauh waktu sejak bayi masih dalam kandungan ibu.
Serangkaian larangan bagi ibu yang sedang hamil misalnya: tidak boleh memakan makanan berasal dari hewan; tidak diperbolehkan memakan daging kerbau atau babi; jangan melihat darah atau orang yang terluka; tidak boleh melihat orang yang meninggal; dianjurkan untuk diam di rumah dengan upacara penyucian agar kelahiran bayi nantinya berjalan normal.
Bapak dari sang bayi harus dapat menghadiri kelahiran sang bayi dan menemani sang istri. Ketika sang bayi lahir, dulu, saat bayi lahir, sang bapak lah yang harus memotong ari-arinya dengan menggunakan pisau bambu.
Ari-ari itu lalu disimpan dan nanti harus  dilingkarkan di leher sang bayi. Pada hari ke-21 setelah kelahiran, sang bayi akan dipakai-kan pakaian, seperti; gelang dari perak atau emas sesuai dengan kemampuan dan adat yang ada.


“Ritual Potong Gigi” Foto oleh Abdes Prestaka
“Ritual Potong Gigi”

Mepandes (Upacara Potong Gigi)
Upacara pada masa transisi dari anak-anak menuju masa selanjutnya yang dijalankan oleh masyarakat Bali adalah upacara potong gigi atau mepandes, yaitu mengikir dan meratakan gigi bagian atas yang berbentuk taring.
Tujuannya adalah untuk mengurangi sifat jahat atau buruk (sad ripu). Mepandes dilaksanakan oleh seorang sangging sebagai pelaksana langsung dengan ditemani seorang Pandita (Pinandita).
Pawiwahan (Upacara Perkawinan)
Upacara transisi lainnya adalah pernikahan atau Pawiwahan. Pawiwahan bagi orang Bali adalah persaksian di hadapan Sang Hyang Widi dan juga kepada masyarakat bahwa kedua orang yang yang akan menikah (mempelai) telah mengikatkan diri sebagai suami-istri.
Dalam pelaksanaan pernikahan ini, akan terlebih dahulu dipilih hari yang baik, sesuai dengan persyaratannya, ala-ayuning. Orang bali punya cara sendiri dalam menghitung hari dan tanggal baik sesuai dengan pertanggalan mereka.
Umumnya hari dan waktu yang baik ini dihitung oleh seorang ahli yang sangat mengerti perhitungan waktu dalam sistem penanggalan Bali. Hampir semua masyarakat masih mengenal sistem penanggalan Bali karena mereka dalam kesehariannya masih menggunakan kalender Bali.
Tempat melaksanakan pernikahan dapat dilakukan di rumah mempelai perempuan atau laik-laki sesuai dengan hukum adat setempat–desa, kala, patra)–yang Pelaksanaannya dipimpin oleh seorang Pendeta (Pinandita), Wasi dan atau Pemangku.



kesimpulan tentang budaya bali adalah:

Jadi kesimpulan saya adalah: Kekayaan dan keindahan budaya Bali, telah diwariskan dengan cukup baik dan dilestarikan oleh para generasi penerus-nya. Hal ini tentu saja menjadi jawaban yang luar biasa bagi daerah lainnya di Indonesia. Mensinergikan kehidupan modern tanpa menyisihkan kearifan lokal yang menjadi jati diri bangsa.
Hal lainnya yang dapat menjadi jawaban dari Bali adalah visi mereka yang menginspirasi setiap jiwa untuk mencintai dan memuliakan budaya sendiri.



www.wacana.co/2012/01/mengenal-budaya-bali-lebih-dekat.